Minggu, 16 Juli 2017

Keturunan yang Menyedapkan Pandangan





Mat Semplur masih memiliki rasa penasaran terhadap nasihat Kiai Jihad kemarin yang sedikit membahas mengenai “qurrotu `ayun” (sedap dipandang mata).


“Jadi maksudnya keturunan yang sedang dipandang mata itu bagaimana sih, Kiai,” tanya Mat Semplur membuka obrolan santainya dengan Kiai Jihad.

“Kalau menurut pengetahuan saya yang terbatas ini sih begini, Plur,” ujar Kiai Jihad sambil menyeruput kopi hitamnya, “Lu harus pahamin dulu bahwa ‘pandangan mata’ di sini bukan terutama dalam arti fisik.”

“Tapi kalau memahaminya secara fisik boleh nggak, Kiai?” tanya Semplur si manusia ‘pentium dua’.

“Iya boleh-boleh aja. Cuma kalo elu selalu memahami setiap kata hanya pada makna fisiknya aja, itu ibarat elu sekolah kagak naik-naik kelas. Temen-temen elu dah pada mau lulus, #eh elu masih duduk di kelas atu aja,” ujar Kiai Jihad.

Obrolan santai itu mulai beranjak menjadi serius namun tetap dengan suasana yang santai. Sambil mendengarkan Kiai Jihad, Mat Semplur menghisap ‘rokok mini’. Begitu juga dengan Kiai Jihad sambil berucap sambil menghisap ‘rokok kelas beratnya’ yang tanpa memakai penyaring kayak knalpot racing.