Oleh:
Mohamad Istihori
Mat Semplur masih memiliki rasa penasaran terhadap nasihat Kiai Jihad kemarin yang sedikit membahas mengenai “qurrotu `ayun” (sedap dipandang mata).
“Jadi
maksudnya keturunan yang sedang dipandang mata itu bagaimana sih, Kiai,” tanya
Mat Semplur membuka obrolan santainya dengan Kiai Jihad.
“Kalau
menurut pengetahuan saya yang terbatas ini sih begini, Plur,” ujar Kiai Jihad
sambil menyeruput kopi hitamnya, “Lu harus pahamin dulu bahwa ‘pandangan mata’
di sini bukan terutama dalam arti fisik.”
“Tapi
kalau memahaminya secara fisik boleh nggak, Kiai?” tanya Semplur si manusia
‘pentium dua’.
“Iya
boleh-boleh aja. Cuma kalo elu selalu memahami setiap kata hanya pada makna
fisiknya aja, itu ibarat elu sekolah kagak naik-naik kelas. Temen-temen elu dah
pada mau lulus, #eh elu masih duduk di kelas atu aja,” ujar Kiai Jihad.
Obrolan
santai itu mulai beranjak menjadi serius namun tetap dengan suasana yang
santai. Sambil mendengarkan Kiai Jihad, Mat Semplur menghisap ‘rokok mini’.
Begitu juga dengan Kiai Jihad sambil berucap sambil menghisap ‘rokok kelas
beratnya’ yang tanpa memakai penyaring kayak knalpot racing.
Kiai
Jihad lanjut berucap, “Pemahaman ‘sedap dipandang mata’ ini mirip kayak cara
memahami istilah ‘ghoddul bashor’ (menjaga pandangan mata). Nggak salah
juga kita menjaga pandangan mata secara fisik tapi yang lebih penting adalah
jangan sampai kita memiliki pandangan yang buruk mengenai apa dan siapa saja.
‘Menjaga
pandangan mata’ berarti menjaga pandangan pikiran kita. Bahwa kemaksiatan,
kemunafikan, kekufuran, dan kemusyrikan sesungguhnya lebih terutama terletak
dari bagaimana cara berpikir kita. Kalo orang pikirannya udah porno, biar kata
ngeliat cewek berhijab tetap aja arah berpikirnya kepada hal yang kagak-kagak,
Plur.”
“Lalu
bagaimana memahami ‘keturunan yang menyedapkan pandangan’, Kiai? ” tanya Mat
Semplur.
“Iya
pahami itu secara batin. Bahwa kita sebagai orang tua tentunya sangat berharap
memiliki keturunan yang ketika kita memandangnya ia memiliki kebenaran,
kebaikan, dan keindahan rohani.
Kalau
meminjam istilah dari Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater keturunan yang
sedap dipandang mata adalah keturunan yang ketika kita melihatnya maka
biologisnya, psikologisnya, sosialnya, dan spiritualnya tidak rusak,” kata Kiai
Jihad.
“Lah
kok Kiai kenal ama Prof. Dadang Hawari?” tanya Mat Semplur.
“Siapa
sih, Plur yang kagak kenal ama beliau. Mangkenye ente kalo punya ponsel pintar
itu jangan buat maen game online doangan. Sekali-kali berkunjung ke
www.madanionline.org maka elu bisa belajar banyak mengenai pemikiran beliau,”
ujar Kiai Jihad.
“Siap
Kiai!” kata Mat Semplur, “Doain iya Kiai, semoga keturunan saya adalah
keturunan yang sedap dipandangan mata dari unsur biologis-psikologis-sosial-spiritualnya.”
“Iya.
Sama-sama, Plur. Ane juga mohon doa ama ente. Semoga anak-anak ane jangan sampe
ada yang kayak ente nyang kagak sedep banget kalo dipandang mata. #Eh,” canda
Kiai Jihad.
(Jakarta,
16 Juli 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar