pusatrehabilitasinarkoba.blogspot.co.id
– Di sela-sela menyalakan api untuk memasak ubi hasil panen kami, karena
kebetulan kompor yang kami gunakan habis gasnya jadi sambil menunggu gas datang
kita putuskan memasaknya menggunakan kayu bakar saja. Tentunya ini akan
menambah kesan dan keseruan tersendiri buat kami.
Sambil
berusaha menyalakan api saya dan beberapa santri/klien Madani bercerita satu
sama lain di depan tungku memasak yang menimbulkan asap. Banyak yang kami
ceritakan dari yang satu ke yang lain. Bercerita tentang pengalaman yang
berkesan tentang lingkungan pertemanan, sekolah, kuliah, keluarga, dan
lain-lain.
Dalam
ceritanya, salah satu santri Madani mengungkapkan bahwa dia sekarang merasa
senang. Dia menganggap banyak perubahan yang terjadi pada dirinya. Dia merasa
berbeda dengan dia beberapa bulan yang lalu.
Di
antaranya, sekarang merasa sudah bisa berbicara dengan orang. Baik orang yang
sudah dikenal ataupun orang yang baru dikenal. Sudah bisa berada di tempat yang
ramai. Sudah bisa mengungkapkan apa yang diinginkan kepada orang lain dan sudah
bisa melakukan aktivitas di luar rumah.
Dia
mengungkapkan dirinya dulu sangat serba takut. Setiap ketemu orang pasti merasa
takut. Baik orang yang dikenalnya maupun orang yang baru dikenal kecuali ibu. Setiap
ketemu orang merasa orang itu tahu apa yang ada dalam pikirannya. Mengetahui
akan kejelekan-kejelekan dirinya. Mengejeknya dan ingin mencelakakannya.
Karena
timbulnya perasan-perasan itu akhirnya dia tidak pernah keluar rumah. Aktivitasnya
hanya dalam rumah, di kamar, nonton TV, mendengarkan musik, dan merokok. Setiap
hari dia lalui seperti itu hanya berdiam di rumah.
Untuk
kebutuhan yang diinginkan, biasanya meminta ke ibu. Jadi jika ingin sesuatu yang
tidak ada di dalam rumah dia ungkapkan ke ibu. Nanti ibu yang mencari atau
memberikan barang itu.
Menurutnya,
kurang lebih tiga bulan dia tidak pernah keluar rumah. Tidak pernah
bersosialisasi dengan orang lain kecuali keluarga. Bahkan tidak pernah bertemu
matahari. Artinya, tidak pernah merasakan sinar matahari secara langsung.
Hingga
pada suatu hari, ibu tercintanya mengajak untuk berobat ke Jakarta dengan
rasa
takut dan bingung. Ia merasa malu dan akhirnya dipaksakan berangkat ke Jakarta
dan konsultasi ke dokter. Hasil konsultasi dokter menyarankan untuk ikut
pembinaan di Madani Mental Health Care.
Walaupun
awalnya begitu ragu dan takut. Tapi setelah satu hari ke hari berikutnya
dilalui dan mulai merasakan perubahan yang ada pada dirinya. Setelah ikut
pembinaan, rasa takut, bingung, dan rasa malunya berkurang.
Program
pembinaanpun diikuti dengan penuh kesadaran dan keikhlasan karena merasa banyak
manfaat yang didapatkan. Selain cerita di atas, banyak lagi cerita-cerita yang
lain yang disampaikan santri Madani waktu itu. Nanti saya ceritakan di waktu
yang lain. (Ditulis dalam kemacetan jalur Ciawi-Sukabumi pagi ini). (Haridz).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar