Kamis, 28 Juli 2016
Kamis, 21 Juli 2016
Apa Yang Membantu Vs Apa Yang Menyakiti
Saat
kita mengobrol dengan seseorang, kita harus memiliki pilihan kata yang tepat
agar tidak ada sepatah katapun yang dapat menyakiti hatinya. Bahkan dalam
memberikan kritik atau saran, kitapun dituntut agar memiliki kecerdasan
sehingga orang tersebut dapat menerima dengan lapang dada kritik, masukan, atau
saran yang kita berikan kepadanya.
Apalagi
jika lawan bicara kita adalah seseorang yang telah didiagnosa memiliki sebuah
gangguan kesehatan pada jiwanya. Sedikit saja salah kita berkata, maka itu bisa
saja berakibat sangat fatal baginya.
Nah,
untuk itu berikut adalah kalimat yang pas dan kalimat yang tidak pas yang bisa
menjadi pertimbangan kita ketika sedang ngobrol santai atau bahkan saat
menerima konsultasi/curhat dari seseorang dengan gangguan kesehatan mental yang
dikutip dari “Depression and Bipolar Support Alliance”:
Selasa, 19 Juli 2016
Dampak Buruk Kecanduan dan Ketergantungan Obat Tidur
pusatrehabilitasinarkoba.blogspot.com
– Dalam dunia kedokteran dikenal sebuah obat yang berfungsi sebagai “obat
tidur”. Dunia medis menyebutnya dengan istilah hipnotika atau sedativa. Obat
ini mengandung zat aktif barbiturat, nitrazepam, atau senyawa lain yang
memiliki khasiat yang sama.
Kelompok
zat ini tidak tergolong dalam narkoba melainkan termasuk ke dalam golongan
psikotropika tingkat IV. Kelompok ini amat berguna untuk pengobatan bagi
penderita stres yang disertai dengan gejala cemas dan insomnia (gangguan
tidur).
Mengkonsumsi
obat ini harus berada di bawah pengawasan dokter. Maka dari itu obat golongan
ini hanya dapat dibeli di apotek (kelompok daftar G) dengan berdasarkan
rekomendasi atau resep dari dokter.
Kamis, 14 Juli 2016
“YANG MANA JALAN PANCAWARGA III?” (Bagian II)
Catatan Kecil "Ustadz Kecil" Madani
Saya harus mengambil keputusan, seperti dulu ketika saya memutuskan untuk kuliah setelah lulus dari Madrasah Aliyah.
Dan pada akhirnya, saya bisa menikmati masa kuliah itu di mana "masa awal yang tanpa kesan dan diakhiri dengan ada kesan", mungkin itulah kata yang pantas saya katakan ketika mengingat masa itu.
Ya masa kuliah dulu, di mana masa saya bisa berteman dengan orang Jawa yang logat bicaranya “terasa banget", di mana saya berteman dengan orang dari Bima, Nusa Tenggara Barat, Kampar Riau, Palembang, dan tentunya orang-orang Jakarta dan sekitarnya.
Berteman dengan orang-orang yang daerah asalnya cukup jauh hal seperti itu merupakan pengalaman baru dalam kehidupan saya, Sebab sebelumnya saya tidak pernah berteman dengan orang-orang yang jaraknya jauh.
Waktu Sekolah Dasar saya sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang muridnya hanya berasal dari berbagai kampung, tetapi masih satu Desa, ada juga yang berbeda Desa tapi tetapi masih satu kecamatan yaitu kecamatan Cijeruk.
Saya harus mengambil keputusan, seperti dulu ketika saya memutuskan untuk kuliah setelah lulus dari Madrasah Aliyah.
Dan pada akhirnya, saya bisa menikmati masa kuliah itu di mana "masa awal yang tanpa kesan dan diakhiri dengan ada kesan", mungkin itulah kata yang pantas saya katakan ketika mengingat masa itu.
Ya masa kuliah dulu, di mana masa saya bisa berteman dengan orang Jawa yang logat bicaranya “terasa banget", di mana saya berteman dengan orang dari Bima, Nusa Tenggara Barat, Kampar Riau, Palembang, dan tentunya orang-orang Jakarta dan sekitarnya.
Berteman dengan orang-orang yang daerah asalnya cukup jauh hal seperti itu merupakan pengalaman baru dalam kehidupan saya, Sebab sebelumnya saya tidak pernah berteman dengan orang-orang yang jaraknya jauh.
Waktu Sekolah Dasar saya sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang muridnya hanya berasal dari berbagai kampung, tetapi masih satu Desa, ada juga yang berbeda Desa tapi tetapi masih satu kecamatan yaitu kecamatan Cijeruk.
Minggu, 10 Juli 2016
Berilmu Sebelum Beramal
Oleh: Agus Raharja
Banyak amal dan padat program ternyata belum cukup menjadi kebaikan, bahkan bisa saja menjadi petaka jika tidak dibekali dengan pengetahuan yang benar. Sebagaimana penjelasan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, ”Barang siapa yang beramal tanpa disertai ilmu, maka amalnya akan lebih banyak merusak daripada memperbaiki”.
Dewasa ini banyak sekali pusat rehabilitasi yang tumbuh dan bermunculan seiring program pemerintah “rehabilitasi seratus ribu pecandu” yang mengatasnamakan “membantu”, “menolong pecandu”, atau dengan kata lain “amal”.
Pemerintah pun rela mengalirkan dana ratusan juta rupiah demi mendanai lembaga-lembaga rehabilitasi baru tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)