Kamis, 30 Juni 2016

Lailatul Qadar

(Ringkasan Ceramah Dr. Nawal al Ied)

Lailatul Qadar. Dinamakan demikian; karena saat itu ketentuan takdir turun dari langit ke bumi. Dan, dinamakan demikian karena nisbat kepada takdir. Ibadah pada malam itu menyamai 84 tahun.

Sebagai contoh: Apabila Anda mengucapkan, "Astaghfirullah." Seolah Anda beristighfar sejak Anda lahir hingga usia 84 tahun.

Pada malam itu, bumi menjadi sempit lantaran banyaknya jumlah malaikat. Pada malam itu, malaikat turun yang jumlahnya melebihi bilangan kerikil, supaya dapat mengamini doa kita.

Terdapat beberapa bentuk takdir yang Allah tetapkan untuk manusia:
1. Takdir azali
2. Takdir tahunan
3. Takdir harian

Anda dapat mengubah ketetapan harian maupun tahunan dengan doa. Sebagai contoh: Apabila Allah telah tetapkan takdir yang buruk bagi Anda tahun depan (wafatnya anak, gagal menikah, dan seterusnya).

Senin, 06 Juni 2016

Gangguan Perilaku dan Mental Pecandu Kokain


PUSATREHABILITASINARKOBA.BLOGSPOT.CO.ID – Yang namanya narkoba, apapun jenisnya sudah pasti berbahaya bagi kesehatan fisik dan psikis manusia. Nah, kali ini akan dibahas tentang gangguan perilaku dan mental yang dialami para pecandu narkoba jenis kokain:

  1. Gelisah, tidak bisa diam, tidak tenang > Agitasi psikomotor
  2. Gembira tanpa kendali (elation), ceroboh, malas.
  3. Merasa diri paling segalanya (superior), meremahkan orang lain, over confidence (terlalu pede).
  4. Banyak bicara tapi ngaco, lompat-lompat, nggak fokus, tidak nyambung, karena tidak lagi mampu mengendalikan diri akhirnya hal-hal yang bersifat rahasia atau pribadi menjadi bocor.
  5. Selalu berprasangka buruk, merasa dirinya terancam tapi tanpa alasan.
  6. Jantung berdebar-debar.
  7. Pupil mata melebar.
  8. Tekanan darah meningkat.
  9. Berkeringat dan kedinginan secara berlebihan.
  10. Mual dan muntah.
  11. Tidak memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar sehingga selalu curiga dan yang lebih parahnya lagi menjadi lebih sering bertengkar atau cekcok dengan tetangganya.

Nah itulah berbagai gangguan perilaku dan mental yang dialami seorang pecandu narkoba jenis kokain. Semoga saja kita senantiasa memiliki kesehatan akal dan kekuatan mental untuk menolak berbagai jenis narkoba masuk ke dalam tubuh dan pikiran kita. Amin.

Senin, 23 Mei 2016

Dialog Madani dengan Mahasiswa Kriminologi UI

pusatrehabilitasinarkoba.blogspot.co.id Mahasiswa Kriminologi UI:
Selamat pagi Mba/Mas. Saya mahasiswa kriminologi UI yang kemarin melakukan penelitian di Pusat Panti Rehabilitasi Narkoba, Madani Mental Health Care, Jakarta.

Saya mau menanyakan, proses rehabilitasi yang dilakukan di Panti Madani  MHC, manfaatnya sendiri buat para pasiennya apa saja ya?

Pusat Panti Rehabilitasi Narkoba, Madani Mental Health Care, Jakarta:
Manfaat proses rehabilitasi di Panti Madani MHC untu para pasiennya adalah mereka diharapkan dapat kembali pulih dan bermanfaat bagi keluarga serta masyarakat, juga sehat dalam arti:
1) Sehat jasmani/fisik (biologik)
2) Sehat jiwa (psikologik)
3) Sehat sosial (adaptatif)
4) Sehat rohani/keimanan (spiritual)

Selengkapnya kamu bisa dapatkan informasi lengkapnya di http://madanionline.org/program-kami/rehabilitasi/

Selasa, 17 Mei 2016

Miras Lebih Mematikan daripada Narkoba

pusatrehabilitasinarkoba.blogspot.co.id – Wulan Tanjung Palupi mengutip dari Jurnal Medis Lancet edisi 1 Januari 2010 menyatakan, penelitian Pusat Studi Kejahatan dan Keadilan Inggris mengemukakan, miras (minuman keras) itu lebih berbahaya dan mematikan daripada narkoba.

Jika narkoba (seperti heroin, kokain, shabu-shabu, ganja, dan lain sebagainya), merugikan, merusak, menghancurkan, dan membunuh pecandunya saja, maka miras dapat memusnahkan, menyengsarakan, memenderitakan, dan memenjara pecandu, keluarga, serta masyarakat.

Media massa hampir setiap waktu menyampaikan kabar bahwa banyak orang tewas setelah menenggak miras. Ada tiga pilot pesawat Shukoi asal Rusia tewas setelah minum vodka. Ada segerombolan pemuda usia SMP (Sekolah Menengah Pertama) memperkosa anak usia TK (Taman Kanak-Kanak) sampai tewas.

Rabu, 11 Mei 2016

Gejala Sakaw pada Pecandu Putaw

PUSATREHABILITASINARKOBA.BLOGSPOT.CO.ID – Dalam dunia seorang pecandu narkoba ada sebuah istilah yaitu sakaw. Dalam dunia medis, istilah tersebut disebut gejala putus zat atau withdrawl symtomps.

Berikut adalah di antara beberapa gejala sakaw yang dialami oleh seorang pecandu putaw:
1)      Agresif-destruktif, emosional, dan menjadi gampang marah
2)      Mengalami nyeri sendi
3)      Kepala terasa nyeri
4)      Kejang otot dan nyeri tulang
5)      Insomnia atau sukar tidur di waktu malam
6)      Demam
7)      Palpitasi atau jantung berdebar tak menentu
8)      Hipertensi atau tekanan darah terus meningkat dari sebelumnya
9)      Yawning, maksudnya ia akan menjadi sering menguap
10)  Piloereksi: Rambut dan bulu kuduk bergidik
11)  Diare, mual, dan muntah
12)  Menggigil, kedinginan, atau keluar keringat dalam intensitas yang tidak wajar
13)  Dilatasi pupil: Melebarnya pupil mata
14)  Rhinorea: Berlebihnya cairan yang keluar dari hidung
15)  Lakrimasi: Berlebihnya air mata.

Pecandu putaw yang sedang sakaw akan merasa sangat tersiksa dengan gejala-gejala seperti yang telah disebutkan di atas. Sangat tidak mengenakkan dan membuat hidupnya semakin tidak nyaman.


Untuk mengatasi hal tersebut itulah ia semakin hari akan semakin menambah dosis dan akan semakin sering intensitas pemakaian putawnya. Semakin bergantunglah hidupnya dengan putaw. Semakin sakitlah kondisi sakawnya. Dan, semakin rusaklah beragam sel saraf penghantar yang ada di dalam otaknya.

Selasa, 05 April 2016

Pentingnya Dimensi Spiritual dalam Rehabilitasi Narkoba

Dimensi spiritual dalam rehabilitasi narkoba
World Health Organization (WHO) pada 1984 berpendapat, dimensi spiritual sama penting dengan dimensi biologis, psikologis, dan sosial pada proses dan program rehabilitasi yang dijalani oleh pasien pecandu narkoba.

APA atau The American Psychiatric Association memadukan keempat dimensi di atas menjadi sebuah istilah yang disebut dengan paradigma Biologis-Psikologis-Sosial-Spiritual (BPSS). Paradigma BPSS ini juga dikenal dengan istilah Pendekatan Terapi Terpadu (Holistik)

Melibatkan dimensi spiritual sangat diperlukan dalam proses rehabilitasi bagi para pecandu narkoba. Permasalahan kecanduan narkoba bukan hanya berkaitan dengan problematika kematian, melainkan juga menjadi masalah bagi kebahagiaan.

Dalam proses rehabilitasi narkoba, sinergi antara dimensi spiritual dan dimensi kesehatan merupakan hal yang sangat vital. Menurut Daniel X. Fremedmen dan Kowalski, J.A, terdapat dua dimensi utama yang sangat memengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan manusia, yaitu dari dimensi seorang yang berprofesi dalam bidang kedokteran jiwa (psikiatri) dan bidang spiritual.

Inilah mengapa seorang spiritualis atau rohaniawan juga diharapkan untuk memiliki kemampuan dalam melayani kesehatan jiwa baik secara individual, keluarga, dan masyarakat (umat). Berbagai penelitian telah membuktikan vitalnya bimbingan spritual dalam rehabilitasi seorang pecandu narkoba.


Beragam kenyataan hidup juga telah menunjukkan kepada kita mengenai keterkaitan antara faktor keyakinan beragama dengan pemulihan seorang pecandu narkoba. Carel Gustav Jung berpendapat sebagaian pasien pecandu narkoba ternyata memiliki keyakinan beragama yang sangat minim bahkan blank/zonk/kosong sama sekali.

Senin, 04 April 2016

Terapi Rehabilitasi Terpadu Bagi Pecandu Narkoba

Hukum narkoba adalah haram.
Terapi rehabilitasi yang seharusnya diberikan kepada para pecandu narkoba adalah terapi rehabilitasi yang holistik atau yang memadukan unsur biologis-psikologis-sosial-spiritual. Metode terpadu ini kemudian dikenal dengan metode terpadu BPSS.

Terapi rehabilitasi dengan metode terpadu BPSS ini sudah diakui secara internasional, di antaranya telah mendapat pengakuan langsung dari WHO (World Health Organization) pada 1984, APA (American Psychological Association) pada 1992, dan WPA (World Psychiatric Association) pada 1993.

Dalam terapi biologis/medis pasien diberikan jenis obat anti psikotik yang ditujukan bagi gangguan sistem neuro-transmitter pada susunan saraf pusat di otaknya. Pasien juga diberikan obat anti nyeri, yang di dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah analgetika non-opiat.

Obat ini sama sekali tidak mengandung turunan dari narkoba. Karena akan percuma saja kalau kita mengobati hal yang haram dengan menggunakan sesuatu yang haram juga. Obat yang diberikan juga sama sekali tidak mengandung zat yang adiktif.

Selain obat anti depresi, pasien pecandu narkoba ini juga diberikan obat yang sesuai dengan komplikasi medis pada organ tubuhnya jika memang ditemukan hal yang demikian pada diagnosis dokter pada kesempatan yang berikutnya.

Pada terapi psikiatrik/psikologik pasien pecandu narkoba diberikan obat di bidang psikiatrik golongan anti-psikotik dan anti-depresi. Selain itu, mereka juga diberikan konsultasi psikiatrik/psikologik secara individu, kelompok, atau bersama keluarganya.

Pada terapi sosial pasien pecandu narkoba diajak untuk menjaga lingkungan dan pergaulan sosialnya. Terdapat sebuah pepatah, "Jika kita bergaul dengan penjual kembang, maka minimal kita akan mendapatkan harumnya. Sedangkan, kalau kita bersosialisasi dengan penjual ikan, minimal kita akan mendapatkan amisnya".

Terapi terakhir namun yang sangat vital dan penting adalah terapi agama. Terapi agama ini diberikan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing pasien untuk memberikan kesadaran bahwa narkoba dan juga minuman keras/miras adalah haram hukumnya baik itu dari segi agama maupun undang-undang negara.