(Catatan Forum Silaturahmi Keluarga
Madani 3 Bagian Ke-9 Bersama Bunda Meilani
Hermanto di Studio Madani, Kamis, 4 Mei 2017)
pusatrehabilitasinarkoba.blogspot.co.id – Bunda Meilani, “Saya
sudah nggak mau lagi ada apapun yang mengganggu pemulihan saya. Baik itu dari
polisi atau rumah sakit. Saya berlindung kepada Allah kalau harus melalui hal
itu lagi.
Tapi itu level tersebut bisa saya capai setelah saya terus belajar dan latihan tentang pemulihan keluarga narkoba selama 20 tahun. Saya sudah berdamai dengan problem. Saya bisa seperti ini karena family support group.
Sekarang saya sudah bisa keluar rumah,
bisa berpikir mau memakai baju mana yang pantas. Dulu sekitar 1994 atau 1995,
sewaktu masih dalam alam penagihan, suka memakai sendal sebelah lain saking
paniknya karena mendapat kabar dari polisi bahwa anak kita tertangkap karena
narkoba.
Saya bergabung di YKPI dan FSG pada
tahun 1998 sampai sekarang. Anak saya keluar-masuk rehab sebanyak empat kali.
Saya sudah melewati kesatu, kedua, ketiga, sampai keempat pembelajaran mengenai
pemulihan narkoba.
Pemulihan saya letakan paling utama
dalam hidup saya. Kita sekarang rata-rata sudah berumur sekitar 40 tahun, masa
masih aja mikirin dia. Kan nggak pantas! Bahkan ada anak kita yang malah sudah
40 tahun. Sudah punya anak dua.
Malah kita yang pagi-pagi sudah mikirin
mau bawain dia makanan apa iya sekarang sebelum menjenguk dia di Madani. Kita
bilang bahwa kitalah yang lebih memahami anak kita, Madani mah nggak tahu
apa-apa tentang anak kita. Kita mulai ‘bermain drama’.
Itulah kita. Itulah budaya kita. Mari
kita nikmati dan syukuri saja semua ini tapi kita harus strong, confirm, dan
harus tahu di mana sebenarnya kita sedang berdiri sekarang ini.
Kadang proses rehab belum selesai malah
ada orang tua yang meminta untuk membawa pulang anaknya. Dengan berbagai macam
alasan seperti dia sudah mulai harus bekerja, anak-anaknya di rumah ada
masalah, atau istrinya sudah mulai ngomel.
Saya pernah menyewa seorang polisi untuk
senantiasa mengawasi anak saya agar tidak memakai narkoba lagi. #Eh polisinya
malah ikut memakai narkoba bareng anak saya. Saya malah memelihara bandar di
rumah.”
(Mohamad Istihori, Ahad, 7 Mei 2017)
Catatan Terkait :
Catatan Terkait :
Catatan 1 dari 19 : Belajar dari Acara Wisuda di Malaysia Bagi Para Mantan Pengguna Narkoba
Catatan 2 dari 19 : 14 Masalah Keluarga yang Ditimpa Narkoba
Catatan 3 dari 19 : Konflik Keluarga Ketika Anak Terkena Narkoba
Catatan 4 dari 19 : Jangan Pernah Mencoba untuk Mengisi Kekosongan Jiwa dengan Narkoba
Catatan 5 dari 19 : Menjaga Pemulihan Selama Hayat Masih di Kandung Badan
Catatan 6 dari 19 : “Hilang Satu Nggak Apa-Apa Deh, Bu!”
Catatan 7 dari 19 : Kekuatan Keluarga di Indonesia dan Pengakuan Dunia
Catatan 8 dari 19 : Recovery is Number One
Catatan 10 dari 19 : Rencana Mau Bulan Madu Malah Jadi “Bulan Racun”
Catatan 11 dari 19 : Empat Kunci Sukses Proses Pemulihan Keluarga dan Korban Pecandu Narkoba
Catatan 12 dari 19 : “Sekarang Dia Bukan Lagi Anak Saya, Dia Sudah Jadi Anak Negara, Pak!”
Catatan 13 dari 19 : Sesering Kita Mengikuti FSKM, Secepat Itulah Proses Pemulihan Kita
Catatan 14 dari 19 : Reconnect Relationship
Catatan 15 dari 19 : “Permisi Bapak/Ibu, Anakmu Mau Pake Narkoba Dulu?” #Eh
Catatan 16 dari 19 : Habis Titik Baru Koma, Hujan Rintik-Rintik Bisa Buat Kembali Pake Narkoba?
Catatan 17 dari 19 : Proses Menyamakan Persepsi Itu Susahnya Setengah Mati
Catatan 18 dari 19 : Buanglah “Sampah Perasaan” pada Tempatnya
Catatan 19 dari 19 : “Masa Bulan Madu” bagi Mantan Pecandu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar