(Catatan Forum Silaturahmi Keluarga
Madani 3 Bagian Ke-14 Bersama Bunda Meilani
Hermanto di Studio Madani, Kamis, 4 Mei 2017)
pusatrehabilitasinarkoba.blogspot.co.id – Bunda Meilani, “Setiap
orang selalu memiliki stres yang bertumpuk-tumpuk dalam kehidupan ini. Maka
kita juga harus memahami karakter dan siapa diri kita sebenarnya.
Jadi, pengenalan terhadap diri sendiri tidak kalah penting dengan usaha kita untuk mengenal orang lain. Beberapa suami-istri saja belum tentu perform dalam hubungan mereka berdua.
Saya membuat pelatihan bertajuk ‘Reconnect
Relationship’. Kita kadang merasa connect padahal sebenarnya nggak connect.
Kita juga punya relationship tapi belum tentu juga sudah connect.
Ngomong nggak pernah nyambung. Belum
lagi jika dilihat dari segi perbedaan struktur antara otak laki-laki dengan
perempuan. Belum lagi dengan adik atau kakak kita yang beda jenis kelamin
dengan kita.
Kita patut bersyukur karena yang kena
masalah narkoba ini anak laki-laki kita. Saya menghadapi anak perempuan yang
kecanduan narkoba itu masalahnya akan lebih kompleks dan ruwet lagi untuk
diselesaikan.
Kita dengar lagi ada orang tua yang
punya anak tiga orang dan ketiga-tiganya terkena masalah narkoba. Maka saya
mengharapkan sekali Madani punya grup dukungan terhadap keluarga. Kami selalu
siap membantu untuk hal itu.
Saya juga bersyukur Madani ada di
tengah-tengah kehidupan masyarakat sehingga ketika ada warga yang anaknya kena
narkoba bisa langsung berkonsultasi dengan Madani. Bagaimana jika yang rumahnya
jauh dari panti rehabilitasi.
Saya biasanya ke Madani dibantu oleh
anak perempuan saya. Tapi hari ini saya sendiri ke Madani karena anak saya
punya pekerjaan sehingga tidak bisa mengantar saya ke Madani. Namun begitu saya
sampai di parkiran saya dibantu oleh masyarakat sekitar untuk bisa sampai ke
Madani. Ini berarti awarness lingkungan sekitar terhadap Madani sudah
ada.
Saya karena pekerjaan ini juga bisa ke
mana-mana. Keliling Indonesia bahkan dunia. Nggak pernah mimpiin tapi tahu-tahu
saya sampai ke Pakistan. Kita ini hanya partner bagi pemulihan anak.
Maka kita berjalan sendiri-sendiri untuk menjalani pemulihan masing-masing.“
(Mohamad Istihori, Senin, 8 Mei 2017)
Catatan Terkait :
Catatan Terkait :
Catatan 1 dari 19 : Belajar dari Acara Wisuda di Malaysia Bagi Para Mantan Pengguna Narkoba
Catatan 2 dari 19 : 14 Masalah Keluarga yang Ditimpa Narkoba
Catatan 3 dari 19 : Konflik Keluarga Ketika Anak Terkena Narkoba
Catatan 4 dari 19 : Jangan Pernah Mencoba untuk Mengisi Kekosongan Jiwa dengan Narkoba
Catatan 5 dari 19 : Menjaga Pemulihan Selama Hayat Masih di Kandung Badan
Catatan 6 dari 19 : “Hilang Satu Nggak Apa-Apa Deh, Bu!”
Catatan 7 dari 19 : Kekuatan Keluarga di Indonesia dan Pengakuan Dunia
Catatan 8 dari 19 : Recovery is Number One
Catatan 9 dari 19 : Memelihara Bandar Narkoba di Rumah?
Catatan 10 dari 19 : Rencana Mau Bulan Madu Malah Jadi “Bulan Racun”
Catatan 11 dari 19 : Empat Kunci Sukses Proses Pemulihan Keluarga dan Korban Pecandu Narkoba
Catatan 12 dari 19 : “Sekarang Dia Bukan Lagi Anak Saya, Dia Sudah Jadi Anak Negara, Pak!”
Catatan 13 dari 19 : Sesering Kita Mengikuti FSKM, Secepat Itulah Proses Pemulihan Kita
Catatan 15 dari 19 : “Permisi Bapak/Ibu, Anakmu Mau Pake Narkoba Dulu?” #Eh
Catatan 16 dari 19 : Habis Titik Baru Koma, Hujan Rintik-Rintik Bisa Buat Kembali Pake Narkoba?
Catatan 17 dari 19 : Proses Menyamakan Persepsi Itu Susahnya Setengah Mati
Catatan 18 dari 19 : Buanglah “Sampah Perasaan” pada Tempatnya
Catatan 19 dari 19 : “Masa Bulan Madu” bagi Mantan Pecandu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar